Google
 

Cari Peluang Dalam Peluang

Mungkin Anda bertanya-tanya apa maksud judul di atas. Begini. Dalam setiap peluang, biasanya tersembunyi peluang lain yang juga bisa dimaksimalkan.

Bisnis jualan bakso misalnya. Usaha itu bagi banyak orang masih jadi peluang yang cukup menggiurkan. Menurut pengalaman saya ketika melakukan survey kecil, minimal satu mangkuk itu untungnya bisa mencapai di atas 50 persen. Cukup menggiurkan bukan? Nah, yang saya maksud peluang dalam peluang itu adalah bagaimana kita mencoba menggali peluang apa saja yang bisa digarap dari bisnis bakso, selain dari berjualan bakso itu sendiri.


Tahukah Anda, banyak pedagang bakso itu tidak membuat baksonya sendiri? Mereka kadang hanya menitipkan daging ke tukang pengolahan daging. Inilah yang saya sebut peluang dalam peluang ini. Mereka yang jeli ternyata bisa mendapat banyak keuntungan dari bisnis pengolahan daging menjadi bakso ini. Itu baru satu peluang. Saya pernah pula menjumpai perajin gerobak bakso. Menurut dia, order dalam seminggu setidaknya minimal 3 gerobak dengan harga satuannya Rp1,5 juta. Misalnya, satu gerobak ambil untung bersih Rp500 ribu, maka seminggu perajin gerobak itu bisa mendapat untung bersih minimal Rp1,5 juta atau Rp6juta sebulan. Lumayan bukan? Saya juga pernah menjumpai pengusaha distributor kelapa muda bagi para pedagang bakso. Menurut penuturannya, dalam sehari, ia bisa mengedrop satu truk kelapa dengan keuntungan bersih di atas Rp1 juta. Yah, hitung saja berarti dalam sebulan dia bisa mendapat untung berapa.

Begitulah. Ternyata banyak peluang yang saling berkaitan dari satu jenis usaha saja. Dan, saya yakin masih banyak peluang lain yang masih bisa digarap dari usaha bakso tersebut. Apa yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa sebenarnya, dengan kejelian kita, setiap aspek bisnis itu bisa jadi uang. Namun, kadang kita malah ”terjerumus” pada tren semata. Masih teringat ketika beberapa waktu lalu muncul tren usaha jagung manis dengan rasa. Muncul juga tren bisnis burger. Atau, beberapa waktu lampau muncul usaha Factory Outlet (FO) dan pakaian bekas bermerek yang segera menjamur di mana-mana. Semua seolah-olah berlomba-lomba untuk membuka usaha sejenis. Akhirnya, pasar malah jadi jenuh dan penjualan pun menurun.

Saya memang tidak melarang siapa saja untuk ikut tren tersebut. Selagi masih menguntungkan, mengapa tidak dicoba? Tapi, dalam artikel ini, saya ingin mencoba menawarkan sudut pandang lain dalam menyikapi tren yang berkembang dalam dunia wirausaha. Untuk bisnis jagung manis misalnya, mengapa tidak mencoba jadi supplier penyedia jagungnya langsung? Atau bisnis burger. Kalau mau, Anda bisa jadi penyedia daging pilihan untuk burger itu atau bisa juga mencoba menjual rotinya. Sedangkan kalau bisnis pakaian bekas bermerek, mengapa tidak mencoba Anda buka usaha cuci khusus pakaian bekas pakai.

Jika Anda mampu menggali sisi lain dari bisnis-bisnis yang sedang berkembang, bisa jadi Anda justru akan menemukan bisnis baru yang jauh lebih menggiurkan. Ada lagi satu contoh lain. Saat orang ramai-ramai bisnis handphone, ada salah seorang rekan saya yang kemudian malah mendirikan sekolah teknisi handphone. Hasilnya? Sekolahnya tak pernah sepi peminat. Kini sudah puluhan angkatan dengan ratusan siswa yang sudah lulus dari sekolah rekan saya ini.

Jadi, mari kembangkan kreativitas kita. Jangan terjebak tren belaka. Sebab, masih ada peluang di dalam peluang... Selamat berkreasi, temukan, dan segera take action!

Agoeng Widyatmoko adalah konsultan independen UKM. Untuk konsultasi dan permintaan pelatihan bisa menghubunginya di email agoeng.w@gmail.com atau 0812 895 0818

No comments:

benni surbakti

Add to Google Reader or Homepage

Add to Plusmo