Google
 

FOKUSLAH PADA BISNIS ANDA...


Namanya Paijo, letak rumahnya berbeda blok dan berbeda RT dengan rumahku, tetapi masih satu RW. Setelah pensiun dini dari pekerjaannya dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, maka Paijo mencoba berwiraswasta. Angan Paijo adalah dambaan setiap insan pemberani. Menurutnya wiraswasta itu berasal dari kata 'wira' yang artinya berani dan 'swasta' yang bermakna usaha. Maka kalau kita gabung maknanya adalah berani berusaha sendiri. Suatu cita-cita yang menurutku mulia.

Pertama kali Paijo menggunakan uang pensiunnya untuk membuka usaha mie ayam. Letaknya di gerbang perumahan tempat kami tinggal. Lokasinya menurutku sangat strategis, karena berada di blok-blok persimpangan jalan. Dan pengunjungnya juga lumayan rame. Ada satu dua motor yang berhenti disana. Hanya berselang 3 bulan, aku lihat warungnya sudah siap disewakan kepada orang lain, karena ada tulisan "Dikontrakkan Ruko" di rolling doornya. Paijo rupanya gagal dalam bisnis mie ayam.

Sebagai insan pemberani, kegagalan paijo yang pertama tidak dianggap 'gagal' tapi pelajaran. Paijo sudah siap dengan usaha yang kedua yaitu berjualan kain batik asal kampung halamannya Yogyakarta. Dia buka usaha di daerah Ciputat. Untuk usahanya yang satu ini aku belum sempat mampir ke toko-nya, sehingga tidak bisa mengulasnya.

Dua tahun berlalu, kemarin, aku melihat di depan rumahnya ada satu truk yang parkir di depan rumahnya bukannya mengirim batik tetapi mengangkut isi rumahnya. Katanya Pak Paijo akan mudik ke Yogyakarta, kota kelahirannya setelah rumahnya dijual, bisnis batiknya bangkrut. Paijo akan tinggal di Yogyakarta. Menurut tetangga sebelah rumahnya, Paijo sekarang disana berjualan beras. Bahkan menurut informasi terbaru, Paijo belum puas dengan bisnisnya karena saingannya lebih agresif dalam memberikan hadiah-hadiah kepada pelanggannya sehingga bisa dikatakan bisnisnya asal jalan saja.

Lain lubuk lain ikannya, demikian juga dengan bisnis. Dikampung halamanku, Desa Surbakti ada seorang petani cabe, sebut saja namanya Rulih. Rulih sudah bertanam cabe belasan tahun tapi tetap eksis, bahkan pada saat kemarau kemarin mampu membeli kenderaan angkutannya.

Tidak sering bisnisnya berjalan mulus, karena banyak petani lain yang mengikuti jejaknya bertani cabe. Tentu saja dengan banyaknya supply cabe, maka stok dipasaran menumpuk, harga cabe menurun drastis. Permainan bisnis adalah seperti belajar naik sepeda, terkadang berjalan lurus terkadang jatuh, tetapi prinsip keseimbangan agar tetap dijaga agar tetap terkendali. Di musim kemarau saat susah airnya, biasanya petani saingannya berganti menanam yang lain, tetapi Rulih tetap menanam cabe, tak di duga kejadian ini hampir merata terjadi di seluruh Nusantara. Petani cabe yang yang tetap setia pada bisnisnya menjadi sedikit, padahal permintaan banyak, akhirnya petani cabe bisa menjual cabe-nya dengan harga yang mahal.

Para ahli ekonomi menyebutnya hukum pasar. Rulih menganggap ini adalah karunia Ilahi, karena dengan kesetiaannya bertanam cabe membuat dia untung besar sehingga dia bisa jalan-jalan ke Malaysia dan membeli kenderaan baru.

Untuk mendapat rezeki yang berlimpah, kita harus setia pada bisnis kita.
Walau kadang gagal, jatuh tetapi kita harus tetap bangun dan berjalan. Fokuslah pada bisnis yang sudah kita bangun. Serahkan semuanya pada Tuhan.

Bersabarlah sedikit untuk bisa menuai padi, tugas kita hanya menanam, memupuk, menyiangi, biarkan selebihnya Tuhan yang menyelesaikannya, merubah satu biji menjadi seribu biji. Percayalah itulah rejeki yang kita nanti.

Semoga Paijo sabar dalam menjual berasnya...dan mampu menguak tabir dari kegagalannya dan semoga betah tinggal di kota gudeg.

No comments:

benni surbakti

Add to Google Reader or Homepage

Add to Plusmo